Metamorfosis Para Artis

artis 
Menemukan jalan Allah di puncak ketenaran. Lalu bertobat. Inilah metamorfosis sejumlah artis.
Dream - Mukanya awut-awutan.  Sesudah tenggelam dalam pesta semalam, dia terlelap. Dan hari itu pria ini bangun kesiangan. Sebotol minuman keras masih tersisa. Berharap menjadi teman mengusir dingin yang siang itu menyerbu tubuh. 
Pria ini tengah merayakan hidup yang sudah separuh abad. Tapi tak terlihat rona bahagia sama sekali. Pada hari bahagia itu, justru kegundahaan yang datang merubung. Matanya menerawang jauh. Mengamati tingkah laku penduduk asli pada sebuah kawasan di daerah Bogor itu. 
Di bawah sana, barisan pria sedang berbondong-bondong menuju sebuah masjid. Itu memang hari Jumat. Dan seperti biasa, para pria di kawasan itu berduyun-duyun bergerak menuju rumah Allah. Tanpa suara berisik. Tertib. 
Dari atas bukit,  pria itu memperhatikan barisan orang-orang itu. Matanya nyaris tak berkedip menatap. Dia heran, mengapa pada cuaca yang menikam ubun-ubun itu, warga di sana berduyun ke masjid. 
Lalu pikiran ini datang menyergap batin. "Apakah di Masjid ada kebahagiaan?” Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab, jika dia tak datang sendiri ke masjid itu. Lantaran diusik terus-teruskan, dia lalu memutuskan bersiap. Berangkat. 
Pria yang melangkah bersama sejumlah pertanyaaan itu adalah Gito Rollies, bintang rock and roll yang suara emasnya sudah bergema di seantero negeri ini.  Lewat radio, televisi dan kaset yang pada jaman itu sedang meledak. 
Lahir dengan nama Bangun Sugito Tukiman di Biak Papua, 1 November 1947, Gito menaruh Rollies di belakang nama itu. Dan si Rollies itu adalah nama sebuah band asal Bandung yang ditekuni bersama Uce F. Tekol, Jimmy Manoppo, Benny Likumahuwa, dan Tengku Zulian Iskandar. Dia juga seorang aktor. Pernah bermain dalam film Kereta Terakhir dan Janji Joni. 
Sohor sebagai penyanyi, hidup Gito Rollies sesungguhnya sudah berkecukupan. Tapi hari itu, dia justru merasa hidup hampa belaka. Jiwanya memerlukan sesuatu. Entah apa.  Dan mungkinkah di masjid itu ada jawaban?
Pelan-pelan kaki menuntunnya mendekati masjid itu. Langkahnya seolah menjadi ringan. Tanpa terasa badannya sudah berdiri mematung di depan masjid. Kini pandangannya semakin jelas. Sebuah pemandangan yang menjawab segenap kegelisahan selama ini.
“Rasanya seluruh otakku tiba-tiba dipenuhi oleh kekaguman. Dan entah kenapa, aku seperti mendapatkan ketenangan melihat orang-orang rukuk, sujud dalam kekhusuan,” kenangnya. 
Pemandangan ini membuatnya merasa gembira.  Ketenangan yang selama ini dicari ternyata tak jauh dari pelupuk mata. Namun semua ditampiknya. Kehidupan glamor penuh foya-foya lebih memikat hatinya. 
“Malam itu aku benar-benar tidak dapat memejamkan mata. Aku gelisah sekali. Ya, ternyata aku yang selama ini urakan, permisif, masih takut dengan dosa dan neraka," ujar Gito.
Bayangan jemaah salat jumat itu terus mengusiknya berhari-hari. Kegelisahan bergumul tak henti dalam batin. Hingga suatu malam, pria ini tak bisa lagi menahan. 
Keputusan dipilih. Gito Rollies,  yang dikenal sebagai titisan Mick Jagger dari Indonesia itu bertobat. Mantap hatinya memulai hidup baru. “Aku pun segera berwudlu dan melakukan shalat. Ketika itu, untuk pertama kalinya pula aku merasakan kebahagiaan dan kedamaian," ujar Gito.
Kisah pertobatan Gito Rollies, sosok selebritas bengal, yang suka minuman keras mengejutkan banyak orang.  Hidayah yang diterima sang bintang ini menginspirasi banyak orang untuk bertobat. Bahwa hidayah bisa merangkul manusia serusak apapun hidupnya.
***
Dan Gito Rollies, yang wafat 28 Februari 2008 pada usia 60 tahun itu, bukanlah satu-satunya selebritas yang hatinya terbangun karena hidayah. Entah sudah berapa banyak pesohor yang ikut hijrah dari dunia glamor ini. Mereka merasa sangat beruntung.  
Dunia hiburan memang menawarkan hampir segala jenis kenikmatan.  Minuman keras. Obat yang bikin gedek-gedek. Hingga godaan pergaulan bebas yang mengantar hidup ke awang-awang. Godaan sangat besar. Dan tak semua orang bisa menampik. 
Banyak yang terjebak di dunia kelam. Cukup beruntung jika hanya menginap di hotel pordeo. Malah banyak yang larut hingga nyawa lepas dari raga. Mati sia-sia. Tapi banyak pula yang bertemu hidayah seperti Gito Rollies itu. Bertobat. 
Tentu saja, bukan perkara mudah bagi seorang pesohor hijrah dari dunia bertabur nikmat itu. Sebab sebagian nasib mereka kadang ditangan penggemar. Sedikit saja perubahan penampilan, cercaan segera menyambar. Tapi hidayah tak pernah kalah dengan cercaan sepahit apapun.
Bukan hanya kedamaian jiwa yang mendorong mereka berubah, bayang-bayang kematian juga kadang menjadi pengingat, atau penunjuk jalan menuju hidayah itu.  
*** 
Gito Rollies mungkin baru menerima hidayah pada usia yang terbilang tak muda lagi. Tapi dia adalah contoh bagi banyak orang, bagaimana menemukan jalan pulang. Dari kegelapan yang memuliakan raga belaka. 
Dan kisah-kisah para pesohor yang menemukan hidayah itu, kian ramai belakangan ini.  Siapa tak kenal Teuku Wisnu. Pria tampan yang selalu menghias layar kaca ini mengubah penampilan.

Wajah klimis yang menggetarkan banyak kaum hawa itu, kini ditumbuhi janggut panjang. 
Di hadapan jemaah di Amel Convention Hall, Banda Aceh, pria yang menikahi  Shireen Sungkar ini, mengaku bersyukur telah diberi limpahan rezeki selama menjadi artis Ibukota. 
Tapi siapa nyana, dunia artis dengan gelimang harta itu bukan jawaban akhir dari hidupnya.  Dia merasa tidak nyaman.  Pergaulan yang selama ini dijalani, ternyata penuh dosa. 
“Lama-lama saya merasa tidak nyaman, saya merasa berdosa. Dari situ saya merindukan suasana saat masih menjadi bocah di Sigli di mana merasakan kehidupan yang bahagia, belajar ngaji di meunasah (musala) dan tergabung dalam remaja masjid,” tutur Wisnu sebagaimana dikutip Dream dari situs resmi Walikota Banda Aceh.
Karena perasaan tak nyaman itulah, Wisnu berhijrah. Menarik diri dari dunia yang lepas. “Saya pun mengkhiri pergaulan saya di dunia yang selama ini saya geluti. Kemudian saya mencari suasana baru di lingkungan yang lebih Islami. Saya pun merasa nyaman dan tenang,” tuturnya. 
Teuku Wisnu seperti mengikut jejak selebriti yang sudah terlebih dahulu hijrah. Terkenal sebagai gitaris band anak muda ternama, Sheila on 7, Sakti membuat jagat dunia selebritis heboh. 
Berpakaian khas masyarakat Pakistan lengkap dengan janggut tebal, Sakti mengubah habis penampilan 180 derajat. Sebuah buku berjudul "Menjemput Sakaratul Maut Bersama Rasulullah" membangunkan kesadarannya.
Sakti memang pernah dirudung takut akan kematian. Keadaan ibunya yang sedang sakit, membenam pikiran Sakti pada berbagai hal tentang kematian. Buku itu menyadarkannya
Sakti merasa diingatkan Allah tentang kematian. Pesan yang dulu sama sekali tak pernah ia pikirkan selama sohor bersama band musik itu. Ia terlena, larut dalam hingar-bingar dunia hiburan.  
"Kita semua akan mati. Masalah waktunya, kita tak pernah tahu,” ujar Sakti pelan, mengenang perjalanan hijrah itu.
Sakti akhirnya memutuskan hengkang dari Sheila On 7 pada 2006. Keputusan itu membuat heboh jagat hiburan. Para fans pun tercengang, tak percaya. Sakti beralasan bahwa dia ingin fokus memperdalam agama. 
Dari generasi lebih tua, publik juga menyaksikan perubahan drastis rocker era 90-an, Harry Mukti. Berbekal ketenaran, Harry Mukti larut dalam pencarian kesenangan dunia. 
Tapi Harry ternyata menjalani hari-hari dengan perasaan tidak tenang.  Dia merasa gelisah dengan cara hidup seperti itu. Lalu coba mencari jawaban. Dan pulang adalah jalan keluar satu-satunya. 
Tahun 1995 Harry Mukti mengejutkan orang ramai. Dia meninggalkan dunia hiburan.  Lalu belajar agama. Menjadi ustad dan menobatkan banyak orang. Dunia  baru itulah yang membuat hidupnya tidak saja nyaman, tapi juga berguna bagi banyak orang. 

sumber : Dream.co.id

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *