bpkk
 
Berharap Kartini masa kini mampu menjadi teladan dan mampu berkiprah demi kejayaan Islam
 
Sejenak  kita tengok sejarah, pada masa kenabian terlihat dari majelis majelis yang dipimpin Rasulullah saw, melibatkan tak hanya para sahabat, tetapi juga sahabiyat. Perempuan masa itu mendapat hak untuk menimba ilmu, mengkritik, bersuara dan berpendapat.
Atas permintaan muslimah pulalah Rasulullah saw memimpin suatu majelis terpisah khusus muslimah agar muslimah berkesempatan berdialog dan berdiskusi dengan beliau.
 
Sejarah mencatat bagaimana isteri isteri Rasulullah saw, dan juga para sahabiyat patut dijadikan teladan.
Ummul Mukminin Khadijah ra adalah sebagai pebisnis di masanya,.
Aisyah ra adalah perawi hadits dan banyak memberikan fatwa karena kecerdasannya. Dan masih banyak lagi.
 
Ketika Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia pun kiprah mereka  terus berlanjut.
 
Kaum laki-laki di Barat belajar tentang cara menghormati kaum wanita dari orang-orang Islam bangsa Arab. Gustav Le Bonn dalam bukunya, La Civilasation des Arabes (hal. 428) menulis, "Dari orang-orang Arablah orang Eropa mengadopsi sifat menghormati wanita sebagaimana dari orang-orang Arab pula mereka belajar memacu kuda."
 
Mahrunnisa, istri Emir Salim dari India, yang dikenal melalui bangunan Taj Mahal. Dia ahli dalam soal hukum, pandai bahasa Arab dan Persia.
 
Ketika Islam sampai di Indonesia, lahirlah perempuan-perempuan Indonesia yang hebat seperti Cut Nyak Dien, Cut Mutia, dan lainnya.
 
Saat ini dalam meneladani Kartini, dengan dalih emansipasi, banyak perempuan yang meninggalkan kodratnya, ini akan membuat mereka kehilangan jati diri. Harapan Kartini adalah perempuan Indonesia makin terdidik, yang seharusnya semakin pintar menjalankan kewajiban. Bukan disibukkan dengan berkiprah menyamai laki-laki, seperti surat Kartini kepada sahabatnya tertanggal 4 Oktober 1901, "Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya.Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, mendidik manusia yang pertama-tama."
 
Saat inilah dalam rangka memaknai hari Kartini 21 April 2016, kita menelaah lebih dalam sosok Kartini. Agar bisa mengajak perempuan Indonesia untuk tidak salah melangkah.
 
Kembali kepada fitrah merupakan jawaban final untuk langkah semua perempuan Indonesia. Tentu saja boleh berkiprah seperti halnya perempuan-perempuan teladan di masa kejayaan Islam. Berkiprah demi kejayaan Islam, bangsa, dan negara. Dimulai dari dirinya sebagai perempuan yang menjadi teladan di keluarga dan masyarakat.
 
InsyaAllah perempuan-perempuan pelopor yang menjadi salah satu visi dari Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPD PKS Kota Tangerang adalah teladan Kartini masa kini yang selalu menjadi motivasi dalam setiap gerak langkah perempuan Indonesia.
 
 
Kabid Perempuan dan Ketahanan Keluarga
DPD PKS Kota Tangerang
 
Lilis Suharah, S.Pd.I

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *