Para Komentator dakwah

14316701_1311477432197684_2898191489617113429_n

 

Komentator dakwah

Oleh : Imammers

Dakwah? jamaah? tarbiyah?
sebuah kata-kata yang santer didengar oleh mereka
yang telah mengikhlaskan dirinya berjuang bersama
untuk menegakkan sebuah kebaikan (katanya)
Seiring berjalannya waktu,
yang ternyata jalan dakwah memang bukan jalan yang enak. Banyak duri , kerikil, jurang
dan peghalang-penghalang lainnya.
Benar-benar dibutuhkan sebuah keikhlasan yang mendalam saat mengarunginya.
karena jika tidak, maka hanya akan terasa pedih
ketika kekecewaan datang menghampiri.
kecewa? saya rasa manusiawi, asal tidak
berdampak negatif pada gerakan yang sedang kita lakukan.
Namun, bagaimana jadinya ketika kekecewaan tersebut
berujung pada lepasnya ikatan kebersamaan (jamaah) ?
maka jadilah ia sendirian. Dan konsekuensi logis dari kesendirian
ialah mudah diterkam oleh serigala buas
yang dapat menguasai hati, sehingga ruhiah terasa kering,
ruhiah yang bermasalah tentu berpengaruh dalam kehidupan. Keberkahan tak lagi mengisi ruang fitrahnya…
Cara berfikir pun tak seperti saat bersama dakwah,
orientasi berubah… hilang tak terarah… naudzubillah…
Alih-alih menjadi komentator dakwah,
siapa orang benci dengan dakwah maka konsultasikan
kepadanya, si komentator dakwah….
karena komentator dakwah sok faham dengan dakwah padahal ingin menghancurkan gerakan dakwah lantaran ia pernah dikecewakan oleh dakwah…
tapi tenang, sekuat apapun orang yang ingn menghancurkan dakwah ini,
sejatinya dakwah ini milik Allah, Allah sendiri yg akan menjaganya,..
dengan atau tanpa kita, dakwah ni akan tetap berjalan….
Boleh jadi kita saat ini getol berjuang atas nama dakwah, di masa depan, kita getol meruntuhkannya…
Boleh jadi mereka yg saat ini kerja keras meruntuhkannya,
di masa depan malah giat menjadi pembangunnya…
Dan boleh jadi saat ini sedang semangat memperjuangkannya
di masa depan semakin bahagia penuh harap dan terus
bekerja dalam barisan dakwah.
Mari belajar MenCINTAi dakwah ini… tetap beKERJA….
jangan kaget dengan HARMONI yang nantinya ada tuk menghiasi…

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *