Buntil Kuliner Merakyat, Menu Spesial Ramadhan

photo6053043370877627215Bulan Ramadhan sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia untuk menjemput keberkahan rizki dengan menyuguhkan berbagai macam kebutuhan masyarakat, termasuk menu kuliner untuk berbuka puasa maupun untuk makan sahur. Tidak hanya umat Islam yang menuai berkah di bulan Ramadhan, bahkan non muslimpun ikut berburu untuk mendapatkanya. Dan benar, bahwa Ramadhan adalah bulan yang mulia penuh dengan keberkahan.

Semenjak pandemi begitu banyak orang yang terkena PHK dari tempat kerjanya. Sehingga pengangguran makin meluas makin banyak. Untuk itu, demi keberlangsungan kehidupan ekonominya tetap berjalan kita harus memiliki cara berpikir yang cerdas dan kreatif dalam menghadapi masa pandemi dan persaingan yg amat ketat.

Di bulan yang penuh berkah ini, saya akan berbagai tips (pengalaman) bagaimana membuat nilai tambah ekonomi yang sederhana tetapi menghasilkan. Diseperempat Ramadhan sudah menjadi kebiasaan masyarakat perkotaan pada umumnya malas memasak, dengan berbagai alasan baik itu untuk berbuka maupun makan sahur. Dari berbagai macam menu masakan yang sebegitu banyaknya disajikan kita tidak menemukan buntil.

Buntil merupakan masakan tradisional warisan leluhur nenek moyang kita. buntil berasal dari Jawa Tengah. Hampir semua orang menyukainya, tetapi tidak semua orang mengetahuinya. buntil memiliki cita rasa khas yang tidak kalah dengan menu lainnya, seperti gudeg.

Buntil berbahan dasar dari daun-daunan seperti daun talas, daun pepaya daun singkong dan daun bomba. Daun talas merupakan bahan dasar asli buntil. Baik buntil isi kelapa dan ikan teri atau buntil isi ayam. Karena daun talas memiliki tekstur serat yang lembut serta cita rasa yang berbeda. Sedangkan bunthiel daun pepaya memiliki cara olah yang berbeda atau sedikit memerlukan perhatian khusus. Agar daun pepaya tidak pahit, maka harus memiliki bahan campuran khusus untuk merebusnya yaitu tanah liat yang berwarna abu-abu yang didatangkan dari Jawa di daerah tempat asal saya Wonosobo Jawa Tengah.

Dengan sedikit dicampuri tanah liat maka daun pepaya tidak pahit dan tidak mengurangi kandungan vitamin maupun zat hijau daunnya karena alami. Untuk cara memasak buntil tergantung selera ada panduannya.

Sekarang kita berbicara nilai ekonominya, buntil daun talas satu biji atau satu kepal dijual dengan harga Rp.5.000 lima ribu rupiah. Sedangkan buntil daun pepaya atau singkong seharga Rp.2000-3000. Terjangkau bukan?
Buntil bisa dimakan bersama dengan hidangan dan lauk yang lain seperti; tempe, tahu, kerupuk peyek dan lainnya.

Berbagi pengalaman berjualan. Dulu, ketika saya berjualan berbagai macam lauk pauk dan sayuran matang termasuk buntil. Buntil menjadi menu favorit yang paling dicari oleh para pembeli. Dalam satu kali berjualan sekitar 1 satu setengah jam saya bisa menghabiskan buntil daun pepaya sebanyak 50-100 biji. Untuk menu favorit nomer dua yang paling dicari adalah sayur urap daun pepaya.

Demikian sekilas kuliner buntil yang merakyat sebagai menu favorit dibulan Ramadhan. Semoga dapat menjadi inspirasi dan menambah nilai ekonomi keluarga dimasa pandemi ataupun setelahnya .
Mari kita bersama-sama saling menguatkan ketahanan ekonomi keluarga. Selamat mencoba.

Panut Haryadi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *