Visi Besar Generasi Terbaik dan Kisah Para Penakluk Negeri (1)

photo6089312986712878122Oleh : Abah Iwan Kurniawan, Lc.
(Staf khusus Presiden PKS Bidang Kepemudaan dan Kewirausahaan)

Di bulan baik ini mari kita mengupas hal-hal yang sifatnya esensial dan saya kira penting kita menyinggung hal-hal yang berhubungan dengan bulan Ramadhan.

Jika kita kaji dan kita buka lembaran-lembaran buku sejarah ada peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di bulan Ramadhan.

Kalau umat akhir zaman identik bulan puasa itu dengan lemas, dan tidak bertenaga. Tapi kalau kita lihat sejarah ternyata banyak sekali peristiwa-peristiwa yang sangat besar justru terjadi di bulan Ramadhan, dan itu adalah kemenangan umat Islam.

Diantara banyak peristiwa itu, saya mencatat ada lima peristiwa besar, dua diantaranya terjadi di zaman Baginda Nabi Muhammad saw.

Yang pertama adalah perang Badar. Terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Allah SWT dalam satu ayat menyebut bahwa perang badar ini adalah Yaumal Furqan, Hari Pembeda.

Memang dunia setelah kemenangan Islam di perang Badar itu berpihak. Suasana hari itu betul-betul membedakan sebelum dan sesudahnya.

313 sahabat Rasulullah terpilih mengikuti perang Badar. Dan kita sudah mafhum bahwa ini adalah jumlah yang tidak sangat seimbang karena jumlah sahabat yang 313 itu harus berhadapan dengan 1.000 orang pasukan Quraish.

Ditambah lagi 313 orang itu bukanlah orang yang berpengalaman dalam peperangan. Hanya sedikit dari mereka yang tahu dunia peperangan.

Sedangkan 1.000 pasukan Quraish adalah pasukan yang terlatih, yang terbiasa mengikuti berbagai pertempuran.

Oleh karena itu, suasananya adalah suasana yang tidak mudah. Umat Islam dibawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw mencurahkan segala kemampuannya termasuk dalam bersiasat, mengatur strategi.

Seperti saat memilih tempat pun, ada diantara sahabat yang bertanya kepada Rasulullah apakah ini sebuah strategi peperangan atau ini wahyu yang Allah turunkan. Ketika Nabi Muhammad menjawab bahwa hal ini bukanlah wahyu yang diturunkan, maka dijawab oleh sahabat bahwa ini bukanlah tempat yang tepat untuk dijadikan base camp. Kemudian Nabi pun menuruti dan berpindah.

Suasana sangat sulit kala itu. Sebagaimana tergambar dari doa Nabi Muhammad saw, dengan doanya, "ALLAHUMMA IN TUHLIK HAADZIHIL ‘ISHAABAH MIN AHLIL ISLAM LA TU’BAD FIL ARDLI ABADAN" dan itu beliau lakukan secara berulang-ulang.

Beliau mengadahkan tangannya ke langit. Betul-betul berharap kepada Allah SWT seraya berkata, "Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini, selamanya."

Jadi bahasa doa istighosah, itu doa permohonan pertolongan dari Baginda Nabi Muhammad saw kepada Allah SWT. Dan Allah pun menjawab, maka turunlah ayat:

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ

Dan doa permohonan, doa istighosah yang dilakukan Nabi Muhammad saw itu dijawab Allah dengan mengirimkan bala bantuan berupa kedatangan seribu malaikat.

Kemenangan berpihak dikalangan umat Islam. Tidak ada yang menyangka bahwa hari itu peperangan dimenangkan oleh umat Islam.

Kemudian ada juga satu peristiwa penting lain yang terjadi di zaman Nabi Muhammad saw yang juga terjadi di bulan Ramadhan, yaitu Fathu Makkah, yang terjadi di tahun ke-8 Hijriah, pada tanggal 23 Ramadhan.

Pada hari itu, 10.000 pasukan Islam dipimpin Rasulullah saw memasuki kota Makkah. Walaupun ini disebut 'Fathu' atau kemenangan, namun nyatanya tidak terjadi banyak pertumpahan darah saat itu. Karena 10.000 pasukan itu masuk dengan damai, memang bersenjata namun hanya memerangi orang-orang yang berniat memerangi mereka.

Inilah sebaik-baik penaklukan. Ketika masuk kedalam kota yang ingin ditaklukkan tidak ada satu pun yang dizalimi, tidak ada satu pun yang dibunuh, tidak ada satu pun yang dihinakan.

Dan lihatlah apa yang dilakukan oleh Baginda Nabi Muhammad saw yang dalam kondisi menang pun tidak ada melakukan penzaliman terhadap siapa pun.

Padahal kalau kita ingat bagaimana kejinya perlakuan dan kezaliman-kezaliman yang dilakukan kaum kafir Quraish terhadap Rasulullah dan para pengikutnya sebelumnya, selama 13 tahun di Makkah. Padahal bisa saja Rasulullah dan para sahabat membalas perlakuan mereka.

Namun pada saat itu, Baginda Rasulullah saw memaafkan semua perlakuan kaum kafir Quraish tersebut. Rasulullah berujar, "Pergilah kalian semua, sesungguhnya kalian semua sudah saya maafkan."

Tidak ada yang dihinakan termasuk Abu Sufyan, yang menjadi pemimpin Kota Makkah di saat itu. Rasulullah mengatakan, "Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka dia aman. Siapa yang masuk kedalam kabah maka dia pun aman."

Lihatlah, dalam kondisi menang pun Rasulullah tidak menghinakan pemimpin musuhnya. Apalagi belum menang sudah sombong, sudah merendahkan dan menghinakan. Saya kira, sungguh jauh dari sunnah yang dicontohkan Rasulullah saw.

Kemudian ada lagi peristiwa yang besar lain terjadi pada tahun 1187 atau 583 Hijriah, yaitu peristiwa pengembalian Baitul Maqdis ke tangan umat Islam dan hari itu sering disebut sebagai Perang Hathin.

Kita tahu bahwa pada tahun 1096 Baitul Maqdis jatuh ke tangan musuh dan itu menjadi peristiwa yang sangat kelam. Selama tiga hari 10.000 umat Islam di bantai, bahkan diriwayat lain hingga 40.000.

Menurut pengakuan pemimpin mereka, ketika dia memasuki halaman Masjidil Aqsa kudanya itu sulit untuk berjalan saking banyaknya mayat yang bergelimpangan yang dibantai dalam waktu tiga hari tersebut.

Akan tetapi pemandangan itu tidak terjadi pada tahun 1187 ketika perjuangan Imaduddin Zanki lalu dilanjutkan Nuruddin Zanki dan dilanjutkan lagi oleh Shalahuddin Al Ayyubi akhirnya pada peristiwa Perang Hathin tahun 1187 Baitul Maqdis kembali lagi ke tangan umat Islam.

Sebenarnya disaat itu, Shalahuddin Al Ayyubi memenjarakan beberapa laki-laki yang dianggap membahayakan. Akan tetapi para wanita dari penghuni Baitul Maqdis itu memohon kepada Shalahuddin Al Ayyubi bahwa kalau kami dibebaskan, kami disuruh kembali ke Eropa buat apa kalau suami kami masih ditahan. Karena nanti di Eropa kami akan kelaparan, dan kalau kami tidak bersuami akan terhina. Buat apa kami dibebaskan.

Mendengar hal tersebut, maka dengan kebesaran hati Shalahuddin Al Ayyubi pun memaafkan dan mengizinkan, membebaskan para tawanan laki-laki dan dipersilahkan kembali ke anak istrinya dan dikawal dengan aman keluar dari Baitul Maqdis.

Suatu pemandangan yang sangat kontradiktif yang sangat berbeda ketika Pasukan Salib menaklukkan Baitul Maqdis yang mengeksekusi 40.000 orang dalam waktu tiga hari. Sedangkan di saat Shalahuddin Al Ayyubi menaklukkan Baitul Maqdis tidak ada satupun yang terluka. Ketika peperangan usai tidak ada satupun yang dizalimi, tidak ada satupun yang dihinakan.

Lalu ada peristiwa keempat, yaitu Perang Ain Jalut yang terjadi pada tanggal 25 Ramadhan tahun 1160 atau 658 Hijriah.

Perang Ain Jalut ini merupakan peristiwa yang sangat penting untuk terjadi di zaman itu. Kenapa? Karena pada saat itu umat Islam kehilangan kepercayaan diri. Setelah ekspansi yang dilakukan oleh pasukan Mongol secara masif dan secara terus menerus. Berawal dari penaklukan Turkistan, kemudian ke Asia Tengah, lalu Baghdad dan sekitarnya jatuh ke tangan Jengis Khan yang dilanjutkan Hulegu Khan.

Jadi dalam setiap peperangan umat Islam dikalahkan. Dan barulah pada Perang Ain Jalut yang dipimpin oleh Sultan al-Muzhafar Quthuz, seorang pemimpin yang tidak diinginkan, akan tetapi beliau punya azzam, untuk menyelamatkan izzah umat Islam. Dia bertekad mengembalikan lagi kepercayaan diri umat Islam dengan mengalahkan Pasukan Mongol yang dipimpin oleh Katbugha.

Meskipun tidak melibatkan banyak tentara dan pasukan, peristiwa Perang Ain Jalut dianggap sebagai salah satu perang penting dalam sejarah dunia Islam. Hal ini dikarenakan pertempuran ini telah menyelamatkan izzah umat Islam dari kebinasaan dan menghancurkan anggapan bahwa orang Mongol tidak terkalahkan. Setelah peristiwa itu tidak ada lagi penaklukkan yang dilakukan Mongol terhadap umat Islam.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *