14 Poin Hasil Rakornas PKS 2016

pks

PKS Kota Tangerang, DEPOK – Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tahun 2016 resmi ditutup. Rapat tersebut menghasilkan 14 poin.

Presiden PKS Sohibul Iman menjelaskan, program yang disusun dalam Rakornas difokuskan untuk memenuhi tag line Musyawarah Nasional (Munas), yakni berkhidmat untuk rakyat.

"Kami tengah mempersiapkan kader, struktur partai yang berfokus memberikan pelayanan bagi rakyat," jelas Sohibul dalam konferensi persnya yang digelar di Hotel Bumi Wiyata Depok, Jawa Barat, Rabu (13/1/2016).

Berikut 14 poin hasil Rakornas PKS tahun 2016.

1. Mengokohkan peran kaderisasi bagi pengokohan karakter bersih, peduli dan profesional.

2. Mewujudkan tata kelola partai yang transparan, akuntabel dan partisipatif khususnya dalam pengelolaan keuangan, organisasi dan administrasi.

3. Menata dan mengokohkan peran pejabat publik partai sebagai pelayan, pemberdaya dan pembela umat dan rakyat bagi terwujudnya reputasi partai dakwah yang bersih, peduli dan profesional.

4. Mengokohkan peran kepanduan dan barisan tanggap bencana PKS untuk siap dan selalu waspada dalam melayani rakyat saat bencana dan keadaan darurat wilayah/daerah

5. Menggulirkan program pilot project 1.000 pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengokohkan ekonomi umat.

6. Memperkuat dan mengadvokasi peran pekerja, petani dan nelayan sebagai modal ekonomi, sosial dan politik bangsa.

7. Mengokohkan peran sosial partai melalui pusat khidmat PKS, rumah aspirasi hingga rumah keluarga Indonesia yang melayani dan mengadvokasi rakyat.

8. Mengokohkan peran partai sebagai jembatan ukhuwah umat bagi terwujudnya lslam moderat dan modern yang mengokohkan kontribusi lslam sebagai rahmatan lil álamin.

9. Mendorong pelaku seni budaya untuk menghadirkan produk seni dan budaya yang menginspirasi, mencerdaskan dan membangun mental tangguh bangsa.

10. Menggulirkan nilal-nilai ketahanan keluarga family mainstreaming, baik secara struktural (perundang-undangan) maupun kultural (bersama seluruh elemen masyarakat) mengantisipasi perkembangan yang kian mengkhawatirkan.

11. Memperjuangkan paket undang-undang yang mengokohkan transformasi struktural perekomomian Indonesia yang memastikan pertumbuhan ekomomi berkualitas dan menurunkan rasio gini.

12. Mengusulkan paket undang-undang yang menghadirkan demokrasi substansial yang mudah, murah dan menjamin mandat rakyat terlaksana, proporsional tertutup, pembatasan dana kampanye, kampanye yang terbatas dan mengedepankan edukasi politik publik dengan menekan praktik politik uang.

13. Mengadvokasi desa agar berdaya mandiri dan kuat secara sosial serta memiliki kekuatan religius melalui peran para pemuda dan perempuan pelopor desa.

14. Mengokohkan peran Koalisi Merah Putih (KMP) guna menghadirkan lembaga legislatif di pusat dan daerah yang bersih dan produktif sebagai penyambung suara rakyat.

Sumber : sindonews.com

MSI ; Pemerintah Harus Cepat Menindak Gafatar.

  

pks-kotatangerang.org – Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman menilai, pemerintah sebaiknya bergerak cepat untuk menindak ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Sebab, sudah banyak laporan orang hilang terkait ormas itu.

“Saya kira pihak berwenang dan pemerintah harus bertindak cepat. Karena laporan-laporan sudah banyak, orang hilang sekian. Saya kira pemerintah harus tindak cepat, agar tidak makin banyak korban-korbannya,” tegas Sohibul di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (13/1/2016).

Sohibul mengatakan, partainya belum mendalami apakah ormas tersebut masuk dalam kategori sesat atau tidak. Ia baru membaca hal tersebut dengan serius pagi ini.

Meski demikian, persoalan sesat atau tidak, harus dikesampingkan. Pemerintah harus fokus menyoal masalah kriminal yang terjadi terlebih dahulu.

“‎Intinya itu persoalan kedua, sesat atau tidaknya. Tapi kalau masuk kategori kriminal, itu harus selesaikan. Masalah status kepercayaan belakangan. Saya kira harus diselesaikan masalah keselamatan generasi muda,” Sohibul menandaskan.

Badan Intelijen Negara (BIN) tengah mendalami kemungkinan menjadikan kelompok Gafatar sebagai salah satu organisasi terlarang dan patut diwaspadai. ‎Gafatar tengah menjadi sorotan masyarakat terkait hilangnya dokter Rica Tri Handayani dan sejumlah orang di beberapa daerah.

Sumber : liputan6.com 

Watak dan Interaksi Dalam Berjamaah

interaksi sosialpks-kotatangerang.org – Watak dasar seorang manusia adalah pemberian dari Tuhan. Kita beramal di muka bumi berlandaskan watak yang telah Allah swt tentukan. Watak melekat dalam kepribadian, menjadi keistimewaan, menjadi keunggulan, dan menjadi cerminan.

Tetapi tetap ada kelebihan dan kekurangan dari watak yang diberikan Tuhan. Karena semua itu dalam rangka ujian dan perlombaan untuk meraih amal terbaik. (Lihat QS Al Mulk: 2). Dan terhadap watak yang buruk, Islam hadir untuk meng-upgradenya.

Dalam surat Al-Ma'arij, Allah swt menjabarkan watak dasar manusia. "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir." (QS 70: 19-21)

Kemudian ajaran-ajaran Islam lah yang memperbaiki watak buruk itu. 

"Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat." (QS 70: 22) Pada ayat itu Allah swt memberi petunjuk menghapus watak buruk yang telah disebutkan pada ayat 19-21. Petunjuk lain juga ada pada ayat-ayat berikutnya hingga ayat 34.

Yang di-upgrade oleh Islam tentu saja watak yang buruk. Untuk watak yang netral atau watak yang baik, tentu dibiarkan begitu adanya. Sebagaimana watak tegas Umar bin Khattab r.a. ketika jahiliyah, setelah masuk Islam watak itu tetap melekat. Juga sifat pemalu Utsman bin Affan r.a. yang tetap ada sebelum dan sesudah masuk Islam. Pun sifat pemurah Abu Bakar r.a. dan karakter pemberani Ali bin Abi Thalib r.a.

Ya, kita semua beraktivitas dan menyikapi segala sesuatu berdasarkan watak spesifik yang sudah Allah tetapkan pada diri kita. Selama itu baik, semua itu normal saja tak perlu diatur-atur.

Kecuali…. Hingga kemudian kita bergabung dalam sebuah komunitas atau organisasi yang kita telah berjanji untuk membersamai kelompok itu untuk tujuan tertentu. Wajar bila kemudian kita mengatur watak sedemikian rupa demi orientasi-orientasi tertentu.

Yang terjadi adalah mengontrol perilaku yang muncul dari watak, bukan menghapus watak itu sama sekali.

Dalam organisasi dakwah, watak-watak yang telah disibghoh dengan ajaran Islam haruslah dijadikan padu dan menjadi sebuah orkestrasi yang indah untuk kepentingan umat Islam.

Ingatlah, Umar bin Khattab r.a. pernah tersulut provokasi orang munafik Abdullah bin Ubay bin Salul yang ingin mengusir kaum Muhajirin sepulang perang dari Bani Mushtaliq. Namun Rasulullah saw menahannya. Dan ia harus tunduk.

Begitu juga kemarahan Umar bin Khattab r.a. ketika mendapati seorang Baduy yang kencing di masjid. Wataknya harus ditundukkan karena ada arahan dari qiyadah (pemimpin).

Bila para da'i yang masing-masing individu memiliki karakter spesifik mau diatur dalam barisan jamaah dakwah, tentu akan indah. Dan kewenangan mengatur itu ada pada syuro dan qiyadah.

Seperti nasyid acapella, suara dua yang mengambil nada lebih tinggi dari suara vocal, harus tahu diri untuk tidak terlampau mengeraskan volume suaranya. Kalau tidak, suaranya akan jadi dominan.

Seperti perintah dalam baris berbaris ketika diminta maju lima langkah. Yang kakinya panjang atau kakinya paling pendek harus menyelaraskan dengan yang lain.

Andai bisa, beban dakwah ini dipikul sendiri tanpa harus tunduk kepada sebuah kelompok. Tapi sunnatullah berlaku, dakwah ini mesti dikerjakan dengan amal jama'i. Kecuali tidak ada lagi yang mau memikul tugas dakwah kecuali kita sendiri. Lihatlah, para Nabi pun memiliki sahabat dan penolong-pengolongya. Mereka bekerja bersama.

Dan yang Allah swt inginkan dalam Al-Qur'an adalah sebuah jamaah yang memikul beban dakwah, bukan suatu individu. "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung"

Jadi begitulah. Ada kalanya watak pribadi harus tunduk oleh sebuah ketentuan jamaah dakwah bila kita bergabung di dalamnya.

 

sumber : anonym

TIAP ZAMAN ADA TOKOHNYA, TIAP TOKOH ADA ZAMANNYA

fix-salimafillah-696x463

Ustadz Salim A Fillah, 
 

‎Di antara asas dakwah: menjaga keindahan Islam di mata manusia. Sabda Nabi ﷺ: "Agar jangan sampai dikatakan Muhammad membunuh sahabatnya."

Ini ketika terbit usul untuk membunuh pemimpin munafiqin 'Abdullah ibn Ubay ibn Salul yang tikaman-tikamannya pada barisan amat menyakitkan.

Berjama'ah memang pelik. Di setiap perubahan & perbaikan, kebersamaan adalah hal penting. Yang lari, perlambatlah; yang lamban, bergegaslah.

Janganlah kesantunan 'alim yang jaga adab membuat kita mengira ia lebih lemah pada tantangan dari membahananya orang yang juga tak sempurna.

Tiap zaman ada tokohnya. Tiap tokoh punya zamannya. Tikungan tajam memerlukan kemudi kukuh & nakhoda tangguh. Jangan kita ukur ia dari riuh.

Di saat Nabi wafat & suku-suku murtad; Abu Bakr yang teduh justrulah paling teguh. 'Umar sang tangguh yang semula ragu lalu mendukung penuh.

Barangkali ini yang kita perlukan di hari-hari berpeluh; memperbanyak doa untuk dakwah yang padanya kita ingin selalu berasah, asih, & asuh.

 

sumber : twitter @salimafillah

Membaca (Lagi) Manuver Politik PKS

firmanpks-kotatangerang.org – Pasca sowannya pimpinan PKS ke Presiden Jokowi Desember lalu, banyak kalangan yang mengira bahwa partai ini telah "takluk" dan bersedia membuka peluang bekerja sama dengan lebih sejalan dan intens lagi dengan pemerintah. Bahkan, ada pula yang meyakini hal itu merupakan sinyal akan masuknya PKS dalam jajaran kabinet Jokowi.

Pandangan itu sekilas ada benarnya mengingat tengah berkembangnya wacana akan dilakukannya reshuffle jilid II oleh Presiden dalam waktu tidak terlalu lama lagi. Setelah itu muncullah nama-nama fungsionaris PKS yang disebarkan entah oleh siapa yang digadang masuk dalam jajaran kabinet baru Jokowi, semisal Al Muzammil Yusuf untuk jaksa agung/menkumham, Taufik Ridho untuk menkominfo/menpora atau Zulkieflimansyah untuk menteri perindustrian/BUMN.

Publik kemudian semakin yakin akan kejinakan PKS setelah ada rencana mencopot Fahri Hamzah dari posisi wakil ketua DPR. Di tengah berbagai dugaan dan asumsi itu, belum lama ini Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa PKS tetap akan dalam posisi oposisi loyal, tidak berorientasi masuk kabinet, dan tetap di dalam Koalisi Merah Putih (KMP).

Sikap PKS yang disuarakan oleh Hidayat itu merupakan hal biasa dan normal saja bagi partai ini. Dilihat dari catatan sejarahnya, berada di luar pemerintahan dan berkarakter oposisi sudah merupakan bagian dari partai ini.

Jika dirunut ke belakang, embrio partai ini telah ada pada awal tahun 1980-an, sebagian malah mengatakan sejak pertengahan akhir 1970-an, saat partai ini masih dalam rahim sebuah gerakan yang kemudian dikenal umum sebagai gerakan Tarbiyah.

Dalam masa-masa itu, yang dalam perspektif gerakan dikenal sebagai masa pembentukan kesadaran individual (mihwar tanzimi). Gerakan ini bergerak di tataran masyarakat dengan amat hati-hati mengingat keberadaan rezim Orde Baru yang masih menganut fobia terhadap Islam politik. Rezim tak segan memberangus kalangan yang dilabel sebagai ekstrem kanan dengan keras.

Beberapa ulama, misalnya, masuk hotel prodeo hanya karena menyuarakan pandangan kritis berdasarkan perspektif Islam. Dalam nuansa itu gerakan Tarbiyah bergerak dengan dinamis meski bersifat bawah tanah (underground). Jaringan dikembangkan dengan kekuatan sendiri berlandaskan komitmen ideologis individu per individu.

Karakter oposan sedemikian tertempa dengan baik mengingat baru sekitar tiga dekade kemudian gerakan ini mendapat kesempatan untuk berkiprah di atas permukaan dalam kancah politik. Hasilnya, tetap pembawaan untuk tidak tergiur dalam pemerintahan dan sikap kritis khas oposisi tidak mudah tergerus. Masih kita ingat bahwa PKS adalah partai yang menolak bergabung dalam Kabinet Megawati, meski bersama-sama partai lain turut berperan dalam mendorong dilakukannya impeachment terhadap almarhum Presiden Gus Dur.

Publik juga mungkin masih ingat bagaimana partai ini "konsisten untuk tidak konsisten" mendukung Pemerintahan SBY dengan bolak-balik melakukan otokritik terhadap pemerintah yang didukungnya. Sehingga, banyak kalangan yang menghendaki PKS keluar saja dari koalisi pemerintahan SBY, yang sebenarnya turut didukungnya sejak saat putaran kedua pilpres 2004.

Saat ini posisi politik yang diambil PKS sebenarnya jelas. Bahwa sejak awal PKS berkomitmen mendukung Prabowo Subianto, dengan konsekuensi manakala kandidatnya kalah, partai ini akan berkhidmat menjadi oposisi. Sikap itu sudah dirancang dan dimantapkan menjelang pilpres 2014.

Jaringan PKS kemudian menjadi motor yang tangguh, dan paling tangguh di antara partai-partai pendukung Prabowo, dalam upaya memenangkan kandidatnya, meski tidak cukup tangguh untuk melawan gugus relawan Jokowi-JK. Komitmen PKS untuk all out mengindikasikan adanya nuansa kepentingan ideologis yang cukup kental. Tidak mengherankan jika bagi sebagian kalangan sikap politik saat pilpres hingga kini tetap bernapaskan ideologis.

Bagi partai seperti PKS, persoalan ideologis adalah persoalan mendasar dan sulit ditawar. Memang tidak sepenuhnya mampu dijalankan secara konsisten, tapi untuk mengatakan partai ini murni pragmatis seperti partai lain pada umumnya adalah tidak juga tepat. Setidaknya dalam konteks politik di level nasional karakter ideologis ini coba untuk tetap dipertahankan.

Kenyataannya saat ini secara internal partai dikendalikan oleh mereka yang ingin melakukan pemurnian ideologi dan mencanangkan sikap untuk back to basic. Hal ini menandai adanya perubahan aksentuasi ideologi dari pengendali partai sebelumnya yang cenderung bersikap pragmatis dan fleksibel dalam melakukan manuver politiknya.

Dalam nuansa ini justru aneh jika PKS dibayangkan akan mau bekerja sama mengingat penguasa dalam partai saat ini jauh lebih "puritan" dan terbiasa dengan hal-hal yang tidak berbau "kesejahteraan". Peluang untuk masuk dalam kabinet sebenarnya justru lebih terbuka pada masa kepengurusan sebelumnya, tapi justru pada masa itu pun PKS tetap tidak tergoda untuk masuk kabinet.

Dengan demikian, pernyataan PKS untuk sekadar melakukan komunikasi politik secara langsung kepada Presiden, untuk menunjukkan sikap dapat bekerja sama kepada pemerintah sejauh menguntungkan bagi rakyat, bukanlah mengada-ada. Komunikasi politik yang baik antara oposisi dan pemerintah semacam itu dalam negara demokratis wajar adanya. Di sana hubungan personal dapat terawat dengan baik, meski dalam perdebatan di parlemen baik pemerintah dan oposisi dapat saling menyerang dengan garang.

Bagi sebagian kalangan, sikap ini juga ditafsirkan sebagai upaya menunjukkan wajah ramah terhadap pemerintah sebagaimana yang ditunjukkan oleh partai-partai lain. Apalagi, sebagai sebuah partai Islam, ada semacam kewajiban moral untuk berlaku santun, meski bagi sebagian lainnya juga dirasa tidak perlu, terutama manakala menghadapi kemungkaran.

Sikap inilah yang tampaknya akan dibangun oleh pengendali partai saat ini, meski hal itu tidak berarti mencairkan komitmen ideologis yang telah dicanangkan. Pada akhirnya sekali lagi manuver politik PKS akhir tahun menegaskan bahwa PKS mengakui dan mendukung pemerintah dalam kapasitas sebagai oposisi. Tidak lebih dan tidak kurang. 

Firman Noor
Peneliti Utama LIPI

 

sumber :  Republika

Silaturahim Politik

Presiden-Jokowi-saat-bertemu-petinggi-PKS-di-Istana-Merdekapks-kotatangerang.org – Masyarakat biasa memandang istilah silaturahim (bernuansa spiritual) bertentangan dengan politik (yang dipersepsi sarat kepentingan material). Interaksi antarindividu atau kelompok yang bersifat tulus untuk memelihara eksistensi kemanusiaan disebut silaturahim. Salah satu penjelasan etimologis, shillah (bahasa Arab: menyambungkan) dan rahim (kandungan sang bunda). Seluruh manusia, meski berbeda latar belakang suku, bangsa, atau ras, sebenarnya berasal dari nenek-moyang yang satu: Adam dan Hawa.

Kesatuan kemanusiaan melandasi aktivitas silaturahim, termasuk dalam konteks kebangsaan. Sebagai bangsa, Indonesia—menurut definisi Ben Anderson—adalah komunitas yang dibayangkan (imagined community), melampaui batas-batas fisik dan material yang dirasakan sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah bernama nusantara. Silaturahim melumerkan batas suku/agama/budaya, sambil membentuk dan memperkuat "batas baru" sebuah bangsa (Indonesia). Tentu saja bangsa yang hendak diperkuat bukan bersifat chauvinistik, tetapi bersahabat dengan bangsa-bangsa lain yang terus berkembang.

Sedangkan, makna politik telanjur dipahami publik sebagai rebutan kursi kekuasaan akibat tingkah para politisi yang tidak berpegang pada nilai moral. Padahal, jika kita merujuk pada pandangan klasik Plato, politik harus berdasarkan fondasi keadilan. Setiap orang membatasi dirinya dan posisinya dalam hidup sesuai kompetensi dan kapasitasnya. Dalam skala makro (polis sebagai cikal-bakal negara), prinsip keadilan terletak pada kesesuaian antara fungsi dan struktur pelayanan dengan kecakapan orang yang menjabatnya.

Pandangan Plato dinilai terlalu idealis dan spekulatif, bahkan dikritik oleh muridnya sendiri, Aristoteles. Manusia hidup dalam kenyataan material, terlibat benturan antara berbagai kepentingan, bukan nilai-nilai yang abstrak. 

Berbeda dengan Plato yang menganggap negara sebagai manifestasi jiwa keadilan/kebaikan, Artistoteles menafsirkan negara-kota terbentuk karena kesepakatan warga lintas kampung. Kampung sendiri terbentuk dari kesepakatan lintas keluarga, dan keluarga terbentuk karena individu yang saling membutuhkan. Kemampuan individu manusia untuk mengelola kepentingannya sambil berinteraksi dengan individu lain itu diyakini Aristoteles sebagai tabiat zoon politicon.

Sejatinya, tidak ada konotasi negatif dari pemaknaan politik secara idealis atau realis. Praktik politik di masa kontemporer yang tidak berdasarkan nilai tertentu justru membentuk pemahaman keliru (falcification). Kekeliruan yang berulang-ulang (dari periode ke periode) dan bersifat masif menghasilkan "kebenaran" baru, misalnya: praktik politik uang diterima sebagai kewajaran dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden/kepala daerah. Akibatnya, semua jenis interaksi politik antara individu atau kelompok diukur dengan kemanfaatan material yang akan diperoleh. Politik menjadi transaksi berbiaya tinggi untuk memuaskan/memaksimalkan kepentingan pribadi atau kelompok.

Sejak Indonesia merdeka, kita bisa membandingkan kualitas pemilu pada tahun 1955 dan 1999 dengan pemilu pada masa Orde Baru dan pascareformasi. Sebagai bangsa kita harus jujur, telah terjadi gejala dekadensi dalam proses demokratisasi. Bukan sekadar tingkat partisipasi masyarakat yang cenderung menurun, tetapi derajat keterwakilan para politisi semakin rendah dan kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara sebagai buah dari proses demokrasi terus merosot.

Sebelum lebih jauh terjebak dalam demokrasi semu, sebagai bangsa kita harus berani melakukan koreksi berjamaah, terutama para pemimpin bangsa dan penentu kebijakan. Politik kontemporer yang kita jalani saat ini semakin jauh dari nilai yang digariskan Plato atau Aristoteles.

Semakin jauh lagi, bila kita pakai kriteria asasi pembangunan negara (state building) yang dicanangkan al-Farabi sebagai Madinah al-Fadhilah (negara utama), yakni kesatuan masyarakat yang paling mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan dasar: sandang, pangan, papan, keamanan, dan ketertiban umum.

Apakah kita mengelola negara sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita nasional yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945? Ataukah kita perlakukan negara sebagai wahana memuaskan syahwat pribadi/kelompok? Pertanyaan-pertanyaan itu tidak hanya diajukan elite kelas menengah, tapi rakyat kecil di berbagai daerah juga bertanya-tanya dengan cara dan nada mereka sendiri: pemilu sudah berulang kali, kabinet bergonta-ganti, tapi mengapa nasib kami sebagai rakyat jelata belum sejahtera? Apakah rakyat selalu salah memilih? Apakah rakyat masih membutuhkan pemerintah selaku aparatus negara? Pertanyaan itu tak boleh dibiarkan, bersipongang dalam suasana ketidakpercayaan sistemik.

Silaturahim politik adalah proses dialog dan tukar-menukar pandangan atau pengalaman untuk memperbaiki kondisi politik bangsa yang disadari mengalami kemerosotan di berbagai dimensi. Silaturahim politik bukan hanya terbatas di antara politisi lintas partai, bukan pula antarpolitisi di dalam dan luar pemerintahan.

Silaturahim politik harus melibatkan seluruh komponen bangsa: tokoh masyarakat (termasuk pemuka agama) di pusat dan daerah, cerdik-cendekia lintas generasi (tua-muda) dan profesi, untuk menjawab permasalahan aktual tingkat lokal dan nasional. Jika perlu direvisi, kita bisa menyebutnya: silaturahim kebangsaan.

Tidak perlu dilakukan seremoni formal dan berbiaya besar untuk melembagakan silaturahim kebangsaan. Biarkan berlangsung secara spontan sejalan dinamika yang berkembang di masyarakat. Sebagaimana kesahajaan hubungan antara M Natsir dengan IJ Kasimo dan DN Aidit, atau kehangatan persahabatan Moh Roem dengan Oei Tjoe Tat. Mereka berbeda kelompok politik, tetapi bertenggang-rasa dalam menyelesaikan problem kebangsaan.

Kita harus malu jika sekarang rakyat menyaksikan sejumlah elite berkelahi mengenai perkara yang justru melemahkan sendi-sendi kebangsaan. Silaturahim, sebagaimana gotong-royong, harus menjadi identitas nasional kita.

M Sohibul Iman
Presiden Partai Keadilan Sejahtera

 

 

sumber : republika 11/01/2016

Prabowo : Pemimpin itu Ojo Lali, Ojo Dumeh, Ojo Ngoyo

kmp

1. Sedianya hari ini @prabowo ada kunjungan ke luar negeri, tapi begitu dihubungi beliau mengundur kunjungan dan hadir di#rakornasPKS

2. Selanjutnya, @prabowo di daulat ke podium dan menyampaikan ttg Leadership Talk

3. Salam hormat pada seluruh jajaran pimpinan @PKSejahteradan para pimpinan wilayah dalam forum #rakornasPKS *prabowo

4. Sungguh kehormatan bagi saya untuk berdiri di sini. Hubungan saya sebenrnya sudah lama, banyak tmn2 saya yg masuk@PKSejahtera *prabowo

5. Mereka jadi aktivis islam dan di curigai, waktu itu lagi ramai2 nya komando jihad dll *prabowo

6. Juga waktu saya dan kawan melihat perkembangan bangsa dan ikut serta dalam kancah politik. *prabowo

7. Karena kita sadar jika ingin perubahan ada pada negeri ini, mau tidak mau kita harua berani utk terjun ke proses politik *prabowo

8. Alhamdulillah, realita politik stlh 19th reformasi ada 10 partai yg berskala nasional. Di antaranya PKS selalu hadir sjk era reformasi

9. Terus terang saat PK muncul waktu itu, cukup menggegerkan. Disiplin, militan dan itu saya saksikan sendiri saat kampanye *prabowo

10. Dulu, terus terang kami agak takit dg @PKSejahtera(tertawa), tapi kini malah solid.

11. kerjasama di tubuh @PKSejahtera hadir dari bawah. Dan saya yakini @PKSejahtera partai religius dan agamis tp dalam kerangka NKRI

12. Saya lihat mereka @PKSejahtera sangat agamis, sekaligus mereka sangat nasionalis. Tak bisa diragukan *prabowo

13. Saat kemerdekaan, takbir bung tomo hadir. Maka jgn memoertentangkn agamis dan nasionalis.

14. Maka saya terkejut, ketika @gerindra bekerjasama dengan@PKSejahtera kok ya "ndilalah" berhasil. *prabowo

15. Jadi ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba, di garut bandung depok dan sumbar dan byk tempat lain

16. Artinya partai religius dan nasionalis hasilnya sangat memuaskan. Tapi saya kira menonjol dr pks dan gerindra adl rasional

17. Menggunakan akal dan logika, biasanya banyak oertumbuhannya. Jadi klw saya komunikasi dg @PKSejahteracepet nyambung *prabowo

18. Jika soal doa dan ayat bolehlah kasih @PKSejahtera tapi kalau urusan lain, bolehlah @gerindra di adu

19. Kami ingin yang terbaik untuk republik ini, jadi kalau niat sama2 baik sbnrnya byk sekali yg bisa kita hasilkan

20. Begitu jg sikap kita pd pemerintah, ingin berbuat baik, berpikir baik untuk kepentingan masyarakat yg kita cintai.

21. Saya diminta bicara ttg leadership, tp saya tdk mau mengajarkan krn saya yakin sdr2 disini adl pemimpin yg muncul dr bawah

22. Saya beran knp kalau ada kelompok yg tertib macam@PKSejahtera kok ditakuti? Apa krn kita biasa gak tertib?

23. Saya lihat disiplin kader @PKSejahtera terutama ibu2 nya, luar biasa. Saya pernah lihat saat kmpanye meski kepanasan

24. Saya kumpulkan jajaran saya dan saya katakan ; "kita harus tiru @PKSejahtera "

25. Kita harus bikin kaderisasi dan harus digunung! Meniru@PKSejahtera ! (Disambut riuh tawa peserta)

26. Saya gak mau mengajarkan kepemimpinan, karena saudara2 saya lihat sudah mempunyai itu

27. Dalam militer; pemimpin intinya harus memimpin dari depan, jadi contoh. Dan ini sudah dicatat dlm berbagai literatur

28. Di amerika mereka ada adagium ; lead by example. Kalau ingin anak buah kuat dan berani maka anda harus kuat dan berani

29. Banyak org pinter, tapi jarkoni. Iso ajar ra iso nglakoni. Omdo, bisa ngajar tapi tak bisa melakukan

30. Wkt saya oerwira muda, saya pernah punya komandan yg stp ada musuh saya yg di panggil, pdhal saya wakil

31. Setiap ada musuh saya yg diminta menghadapi, kita ketawa. Dan kini byk pemimpin macam itu. Sama dlm dunia politik

32. Btp tdk mudah jadi pemimpin. Saya bikin garis di gerindra, saya tekankan mereka utk tdk sering kunjungan ke luar negeri. Sensitifitas

33. Saya oernah berpakaian mayor, memimpin ke daerah operasi. Mertua mengerti pentingnya mayor berangkat operasi dan dipanggil

34. Saya datang ke cendana, dia bilang ; "ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo" memgerti? Saya jawab; siap mengerti!

35. Saya kembali ke pasukan dan saya sampaikn pesan pak Harto pada pasukan saya.

36. B

5:35:34 PM

ahwa ini sesuatu yg penting, saat panglima memanggil dan hanya menyampaikan 3 hal tadi, maka saya yakin itu penting.

37. Ojo lali ; jangan lupa ajaran2 agama, jgn lupa ajaran2 militer, jgn lupa ajaran sosial budaya, jgn lupa ajaran orang tua kita

38. Ajaran agama kita melarang membunuh org2 tak bersalah, termasuk yg tak bersenjatapun dilarang untuk dibunuh.

39. Saya buka alquran, dan saya pun menemukan ayatnya. Jadi ini saya ajarkan ke pasukan saya

40. Ojo dumeh ; jangan sombong, ojo ngoyo ; jangan memaksakan diri. Legowo dengan hasil perjuangan. Agar seimbang sejuk dan damai

41. Ternyata 3 hal tadi nilainya luarbiasa, dan saya selalu pakai itu utk alat kepemimpinan saya.

42. Selalu berusaha mencapai yg terbaik, tapi juga menerima apapun hasilnya tanpa memaksakan diri

43. Saya menganut, bahwa pemimpin harus berpikir baik dan bertindak baik. Kadang kita difitnah dalam dunia politik.

44. Itu bagian dari caracter assasination, yg menimbulkan oerpecahan dan permusuhan. Berpikir postif menutup celah itu

45. Apo jgn dilawan api, api kita akhiri dengan air. Kita beri kesejukan bukan di tambah dg panas.

46. Kadang sulit, tapi saya yakini ini yg membawa gerindra dan saya di tempat terhormat.

47. Salah satu idola saya dlm leadership, yaitu salahuddin al ayyubi. Saya baca riwayatnya dan buku tersebut byk ditulis ahli sejarah barat

48. Seorg ahli sejarah menulis biografi 2 tokoh, ; salahuddin dan richard the lion heart. Icon pemimpin islam dan barat yg disandingkan

49. Saya baca dan saya kagum dg leadership yg tertulis dlm buku itu.

50. Dan dalam setiap pertempuran dia selalu memimpin di depan dg kudanya.

51. Ketika melihat richard jatuh dr kuda dan dikepung, lalu salahuddin memerintah adiknya memberikan kuda pada richard

52. Dan menyruh pasukan nya mundur. Menghormati richard sebagai panglima musuh.

53. Dan saya sangat terkesan saat salahuddin meninggal tak meninggalkan kekayaan apapun. Ini yg memggetarkan saya

54. Demikian, bahwa pemimpin harus menjadi contoh dan diujungnya harus memberikan kebaikan pd rakyat yg dia pimpin

55. Terima kasih atas undangan sdr, mohon maaf jika tak sesuai harapan. Tapi yg saya sampaikan selalu saya pakai dlm hidup saya

56. Semoga @PKSejahtera tetap teguh dan kerjasama kita ttp langgeng. Jika kerjasama ini berhasil, knp tak kita teruskan.

57. Saya sampaikan jika ingin melakukan manuver politik, saya silahkan. Apapun, gerindra selalu bersahabat dg @PKSejahtera

58. Terima kasih… (Disambut standing ovation dan teriakan takbir peserta #rakornasPKS

Taujih Ust. Hilmi Aminudin Dalam Rakornas PKS di Depok 

 1. Salam, Tahmid dan Shalawat. 

2. Ikhwan dan akhwat fillah, alhamdulillah hari ini Allah mengumpulkan hati, akal fikiran dan jasad kita dalam satu tekad bersama menegakkan tujuan kita menegakkan tegaknya syariat Allah untuk memberikan keamanan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. 

3. Alhamdulillah mata rantai kegiatan sebelumnya telah kita lakukan bersama hingga Rakornas ini dapat ditauladani oleh parpol lain, mulai dari Rapat MS, Munas, Mukernas, dan kali ini Rakornas. Alhamdulillah akal dan hati kita menyatu dengan tujuan Allahu Ghayatuna. 

4. Rakornas sesuai dengan namanya, yaitu koordinasi, yang artinya kita bersama menentukan koordinat sasaran bersama dari kerja kita. Untuk 5 tahun kedepan dan satu tahun kedepan. InsyaAllah dengan latar belakang kemenangan 2015 dalam pilkada yang tidak kita duga. Dimana diawal pilkada banyak selentingan kita nomer 4, ternyata nomer 1. InsyaAllah kita akan dapat meraih kemenangan yang lebih besar. 

5. Hari ini Allah telah memberikan kekuatan kepada kita untuk mempersatukan seluruh kader dari seluruh Indonesia dari berbagai suku bangsa. 

6. Jalan yang kita tempuh dalam perjuangan politik ini adalah pilihan. Walaupun ada proses taklim dan tarbiyah namun pada prinsipnya setiap individu bebas memilih. Dalam memilih, setiap individu telah mengorbankan apa yg dimiliki: harta, waktu bahkan jiwa. Tentu saja, pilihan tersebut adalah atas bimbingan Allah. Inilah yang kita sebut sebagai pilihan makhluk dan penciptanya. Jalan ini pula adalah jalan yg pernah ditempuh oleh Ibrahim AS. 

7. Akhir dari mata rantai ini Allah membimbing kita, hingga kita menentukan tekad bulat dan kita menyerahkan diri kepada Allah dan memilih Islam sebagai agama kita. Hingga kita terjaga motivasi untuk selalu mengatakan bahwa kita adalah seorang muslim. 

8. Setelah konsolidasi motivasi, berikutnya adalah konsolidasi orientasi untuk mencapai tujuan dakwah kita. Banyak diantara kita yang secara mandiri bekerja sama untuk mendirikan lembaga pendidikan, ma’had, dsb. Di Timteng, imam masjid digaji, di Indonesia mulai dari mendirikan masjid hingga imamnya adalah swadaya kita. 

9. “Setiap orang harus punya orientasi yang akan dicapai”. Orientasi ini adalah bagian dari fitroh Allah SWT. Amal Islami yang dilakukan dengan motivasi dan orientasi yang benar akan melahirkan hasil yang dampaknya luar biasa untuk kita dan sekitar kita. 

10. Orientasi ini adalah juga sebagai perlombaan, karena kita menentukan garis start, rute, dan garis finish yang sama. Hingga langkah kita muda dievaluasi, apa yg sudah berhasil dan belum berhasil. Organisasi tanpa motivasi dan orientasi yang terintegrasi akan menjadikan kita seolah bukan bagian dari yang lainnya. Dalam Al Quran Allah katakan ketika kita terintegrasi, maka Allah akan memberikan pertolongan dari pintu yang tak kita sangka. 

11. Dalam berjamaah kita tentu saja akan mengalami hambatan dan benturan. Tetapi kita akan senantiasa saling memaafkan. Bahkan kita dimita untuk memintakan maaf saudara kita secara kolektif dalam doa. Hingga kita mendapatkan Azzam atau tekad bersama dari Allah untuk mencapai tujuan kita. Ini adalah anugerah Allah yang sangat besar. Tekad bersama itu itu lahir dalam komunikasi dan konsultasi antara individu dan struktural. 
12. Penutup dan salam.

Prabowo Dijadwalkan Hadiri Rakornas PKS

pks

pks-kotatangerang.org – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Depok, Jawa Barat, Selasa (12/1/2015) hingga Rabu (13/1/2015).

Ketua Bidang Humas Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS Dedi Supriadi menerangkan ajang Rakornas adalah proses menurunkan program strategis partai ke tingkat provinsi.

“Rakornas adalah ajang sosialisasi kebijakan dan program strategis untuk menguatkan konsolidasi internal sampai level provinsi,” kata Dedi di Kantor DPP PKS, Jl Simatupang, Jakarta, Senin (11/1/15).

Rakornas PKS, papar Dedi, akan dihadiri oleh 800 peserta dari unsur DPP hingga Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS seluruh Indonesia. “Kita libatkan pengurus DPW sampai level bidang agar target program bisa langsung diserap secara teknis oleh wilayah,” ujar Dedi.

Dedi menambahkan, Rakornas PKS akan konsisten mengetengahkan tema “Berkhidmat untuk Rakyat”. Tema ini, ujar Dedi, untuk mengokohkan reputasi dan citra PKS sebagai partai dakwah. “Dengan senantiasa berkhidmat untuk rakyat,” papar dia.

Salah satu rangkaian acara Rakornas PKS 2016, ujarnya, adalah mendengarkan arahan Ketua Majelis Syuro PKS Periode 2010-2015, KH Hilmi Aminuddin. “Selain itu peserta rencananya akan disuguhi pengalaman kepemimpinan di acara  Leadership Talk dari Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto,” kata Dedi menjelaskan.

Sementara hasil-hasil Rakornas PKS 2016 yang relevan untuk publik, tutur Dedi, akan disampaikan dalam konferensi pers pascapenutupan Rakornas di hari kedua.

Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera Tentang Penegakan Disiplin Organisasi dan Menjaga Soliditas Internal

thumbnail_1443964446-thumbnail_1443960520-Logo-PKS

 

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,


Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan kematian dan kehidupan sebagai ujian bagi seluruh manusia, agar diketahui siapakah yang paling baik amalnya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Muhammad Rasulullah Saw, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sejak kehadirannya pertama kali di hadapan publik telah menegaskan diri sebagai Partai Dakwah. Karena itu, upaya menebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan esensi perjuangan yang terus dilestarikan. Proses perbaikan harus dimulai dari diri sendiri, dengan penuh kesadaran, tanpa tekanan atau desakan pihak lain. Kader yang mendapat amanah sebagai Pimpinan dan Pengurus di tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah menjadi contoh upaya perbaikan kepada seluruh kader di tingkat Cabang dan Ranting. Maka, jadilah kita orang pertama yang melakukan evaluasi dan perbaikan diri sendiri sebelum mengajak orang lain memperbaiki diri mereka.

Selain itu, masyarakat menyaksikan karakter utama PKS sebagai partai kader yang bertumpu pada modal sumber daya insani. Kekuatan utama PKS bukan pada jumlah suara dan amanah kekuasaan yang dijalankan, bukan pula aset fisik dan material, melainkan pada kader dan simpatisan yang memegang komitmen berlandaskan kepahaman terhadap nilai-nilai universal Islam, keikhlasan dan kesiapan beramal dalam berbagai lapangan pengabdian. Amal yang berkesinambungan itu menuntut kesungguhan dan pengorbanan; dan selanjutnya diperkokoh dengan ketaatan, keteguhan dan totalitas kerja, hingga membuahkan persaudaraan dan kesetiaan terhadap Pimpinan serta sesama saudara seperjuangan.

Saudara-saudaraku seiman dan seperjuangan,
PKS telah mengalami berbagai ujian dari periode ke periode, baik ujian yang bersifat internal maupun tantangan eksternal. Alhamdulillah, bi ‘aunillahi ta’ala, segenap ujian dan tantangan itu dapat dilalui, sehingga PKS semakin matang menapaki jalan perjuangan. Namun, sebagai kumpulan manusia, PKS menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan yang harus diperbaiki, terutama dalam hal: penguatan ideologi Partai dan paradigma dakwah, penegakan disiplin organisasi, dan pembangunan basis sosial yang lebih mengakar. Dalam Rencana Strategis PKS (2015-2020), ketiga faktor itu merupakan fondasi bagi tata kelola partai yang baik (Good Political Party Governance). Inilah ijtihad kolektif saat ini untuk menyempurnakan tugas Kepeloporan (dalam pelayanan, pemberdayaan, dan pembelaan kepentingan umat/bangsa) serta mewujudkan visi Peradaban.

Proses penegakan disiplin dalam organisasi PKS adalah hal yang wajar dan normal sebagaimana terjadi di partai atau organisasi manapun. Jika PKS tidak melakukan penegakan disiplin dan perbaikan internal, maka identitas sebagai partai dakwah dan partai kader akan gugur secara otomatis.

Untuk itu, kepada seluruh Kader dan Simpatisan PKS di semua lini dan jenjang organisasi diinstruksikan untuk:
1. Menjaga soliditas Partai dengan semangat persaudaraan dan menyerahkan proses penegakan disiplin organisasi berdasarkan peraturan yang berlaku; 
2. Merujuk informasi resmi tentang sikap dan kebijakan Pimpinan Partai dari sumber terpercaya melalui jalur struktural, dan tidak terpengaruh dengan pemberitaan yang dikembangkan pihak-pihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. 
3. Membaca dan memahami kembali Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan segenap peraturan Partai serta produk kebijakan yang pernah dikeluarkan Partai.
4. Memusatkan perhatian dan energi untuk menjalankan amanah yang telah diberikan dalam sektor pengabdian apapun, seraya menghindari perdebatan dan pergunjingan yang tidak memberikan manfaat.

Demikianlah, Bayan ini disusun dan disebarkan kepada seluruh Kader dan Simpatisan PKS untuk dipahami dan dijalankan sebaik-baiknya. Semoga Allah Ta’ala memelihara kejernihan akal dan hati sanubari kita, sehingga tetap bersaudara dalam kondisi lapang atau penuh tantangan.

Billahi fii sabilil haq,
Wassalamu’alaikum wa warahmatullahi wa barakatuh.

Jakarta, 11 Januari 2016

Bidang Kaderisasi
DPP Partai Keadilan Sejahtera

 

Amang Syafruddin, Lc.
Ketua